Investasi Post – Direktur dan analis dari PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi pasar keuangan Indonesia masih aman meski ancaman resesi global 2023 di depan mata. “Masih aman, masih aman (hingga tahun depan),” ujar dia melalui sambungan telepon pada Ahad, 16 Oktober 2022.

Dia menilai krisis tahun 2020-2022 berbeda dengan krisis tahun 1998. Menurut dia, di era reformasi dulu, fundamental Indonesia masih belum kuat, karena 75 persen obligasinya dijual di pasar sehingga dimiliki oleh asing.

Sedangkan krisis saat ini, obligasi pemerintah yang dilelang ke luar negeri itu hanya 15 persen, 85 persennya dikuasai investor dalam negeri, terutama perbankan, baik wasta maupun milik pemerintah. “Kalau dulu kan enggak, 75 persen dilepas ke pasar, 25 persen ke dalam negeri,” katanya.

Di sisi lain, pada saat 1998, Indonesia masih membentuk fondasi, di mana penanaman-penanaman komoditas baru dilakukan seperti minyak sawit atau CPO. Sedangkan saat ini sudah tidak lagi, tapi memiliki komoditas yang sudah menghasilkan.

Ditambah lagi, kata Ibrahim, batu bara sedang melejit harganya, serta timah dan nikel sudah membuat smelter. Bahkan PT Freeport Indonesia sekarang 50 persen sahamnya sudah dikuasai Indonesia, yang membuat fundamentalnya cukup bagus.

“Jadi kalau seandainya terkoreksipun indeks harga gabungan atau IHSG mungkin hanya di 6.800 itu masih level tertinggi dibandingkan dengan saham-saham Eropa maupun Amerika,” ucap Ibrahim

Selain itu, Ibrahim juga menjelaskan bahwa saat ini pemerintah juga sedang fokus dengan konsumsi masyarakat. Karena 50 persen pertumbuhan ekonomi itu berasal dari konsumsi masyarakat.

Dia juga memperkirakan anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) penanganan pendemi Covid-19 juga kemungkinan akan dialihkan ke bantuan sosial alias bansos atau bantuan langsung tunai (BLT), dan subsidi lainnya. Tujuannya untuk membantu masyarakat kembali aktif, kemudian konsumsimnya meningkat.

Baca juga:  5 Makanan Nikmat Peningkat Hasrat Pria yang Wajib Dicoba

“Jadi ini yang cukup menarik, sampai saat ini pemerintah berfokus pada dua item pertama komoditas, kedua konsumsi masyarakat,” tutur Ibrahim, “Ini yang sedang digodok pemerintah, yang akan menguatkan pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga kemungkinan masih cukup bagus.”

Bagikan: