Banyak pengusaha di luar sana, baik tua maupun muda, yang masih menggunakan cara-cara pemasaran yang tidak baik, selalu curang dan tidak profesional dalam bertransaksi. Perlu dikaji bagaimana etika dan akhlak dalam kegiatan ekonomi bersifat universal atau lebih tepatnya etika dan akhlak dalam pemasaran kepada masyarakat, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi ﷺ.

Perspektif pemasaran dalam Islam disebut Ekonomi Rabbani yang berkaitan dengan realistik, humanistik dan keseimbangan (equilibrium). Inilah yang membedakan ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional, pemasaran menurut Islam pasti memiliki nilai dan karakteristik yang menarik dan berbeda dengan konvensional, salah satunya diyakini bahwa perbuatan seseorang akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat.

Dalam Islam, seorang muslim harus memiliki beberapa etika yang harus dimiliki dalam berwirausaha. Itu adalah :

Pertama, memiliki spiritual (taqwa)

Taqwa dalam pengertian di sini bahwa seorang muslim harus senantiasa menunaikan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala bentuk larangan, seperti yang dikatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 275 yang artinya “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

Kedua, memiliki kepribadian yang baik dan ramah (shiddiq)

Seorang muslim harus memiliki Shiddiq ketika berbisnis, karena ketika berbisnis ia harus jujur ​​dalam perkataan dan benar dalam perbuatan.

Ketiga, harus bertindak adil dalam bisnis (al-‘adl)

Dalam berbisnis seorang muslim harus bersikap adil, karena dengan adil kita akan mendapatkan kepercayaan dari pembeli.

Ruang, melayani dengan rendah hati

Seorang pebisnis muslim harus memiliki kerendahan hati saat berbisnis.

Kelima, selalu menepati janji dan tidak menipu (tahfif)

Janji sangat mengikat dalam segala aspek, apalagi dalam berbisnis, seorang muslim harus selalu menepati janji dalam bernegosiasi karena jika dilanggar akan mengecewakan pelanggan.

Keenam, jujur ​​dan dapat diandalkan

Salah satu sifat Nabi dalam berbisnis adalah jujur ​​dan amanah.

Ketujuh, tidak berprasangka

Seorang muslim hendaknya berpikir positif dalam berbisnis, untung ruginya suatu bisnis adalah kehendak Allah, kita hamba hanya melakukan dan berusaha semaksimal mungkin dan selebihnya berserah diri dan menyerahkan segalanya kepada Allah SWT.

Kedelapan, tidak menjelek-jelekkan

Seorang pengusaha Muslim tidak berbicara buruk tentang saingan bisnisnya.

Kesembilan, tidak menerima suap (risywah)

Seorang Muslim harus menjauhi suap yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Selain etika bisnis yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa hal yang harus dihindari oleh para pebisnis muslim saat berbisnis, yaitu:

  • Tidak adil dalam menentukan tarif atau harga.
  • Transaksi yang mengandung tadlis MAGRIB (maysir, gharar dan riba).
  • Pengkhianatan dan pengingkaran janji.
  • Akumulasi barang untuk meningkatkan harga barang tersebut.
  • Penjualan barang curian dan korupsi
  • Melakukan sumpah palsu dan berbohong
  • memaksa untuk membeli
  • melakukan monopoli
  • tallaqi rukban
  • Membuat suap dan suap
  • melakukan pencucian uang

Itulah beberapa etika yang harus dipatuhi oleh para pebisnis muslim saat berbisnis dan menghindari segala bentuk larangan saat berbisnis. Jadi, dari sudut pandang syariah, pemasaran adalah setiap kegiatan yang dilakukan dalam bisnis yang memiliki cara menciptakan nilai yang memungkinkan setiap orang tumbuh dan mendapatkan keuntungan berdasarkan kejujuran, keadilan, keterbukaan, dan ketulusan dalam bisnis.

Nah, itulah beberapa tips dan strategi pemasaran yang digunakan Nabi ﷺ untuk mengembangkan bisnisnya di masanya yang patut kita ikuti saat ini.

Pertama, jadikan kejujuran sebagai moto utama dalam negosiasi

Berkat kejujuran Nabi ﷺ beliau mendapat julukan Al-Amin (yang terpercaya), beliau selalu menunjukkan kejujurannya kepada para pembeli atau pemasok barangnya. karena kejujuran membuat pembeli atau konsumen mempercayai kita sebagai penjual. Mereka tidak akan merasa tertipu atau diperdaya dengan berbagai jenis kata yang kita ucapkan.

Bagi Nabi, kejujuran harus menjadi moto dalam berbisnis, apapun jenis usahanya, dan kejujuran harus diutamakan.

Kedua, tulus dan profesional

Kejujuran bila disertai dengan keikhlasan akan membentuk kepribadian seorang pebisnis yang tidak lagi memandang materi sebagai tujuan utama, tetapi mengutamakan keridhoan-Nya dalam hal keuntungan dan pasrah saat menerima kerugian atau musibah.

Baca juga:  Peluang Instagram Marketing Sebagai Sumber Penghasilan Menjanjikan di Masa Depan

Profesional dengan kejujuran dan ketulusan adalah dua aspek yang saling menyeimbangkan. bahwa seorang profesional memiliki sikap untuk selalu melakukan yang terbaik dalam melakukan sesuatu atau menghadapi masalah. Tidak mudah menyerah dan tidak mudah putus asa, bahkan tidak pula seorang pengecut yang selalu lari dari resiko.

Ketiga, mencintai dan menghormati pembeli/pelanggan

“Pelanggan adalah raja”, kata ini sering kita temukan di komunitas eksternal dan, sebenarnya, ini adalah salah satu prinsip bisnis. Karena menarik pembeli itu sulit, tetapi mempertahankannya lebih sulit lagi.

Rasulullah selalu melayani pembelinya dengan ikhlas, beliau tidak ingin pembeli tertipu dalam membeli dagangannya, sebagaimana sabda Nabi “Tidaklah beriman di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”. [HR.bukhari]

Jika pelayanan yang diberikan kepada pelanggan memuaskan maka mereka akan terus percaya dan menjadi pelanggan setia terhadap produk yang ditawarkan begitu juga sebaliknya. Bawa kepuasan pelanggan itu ke tingkat yang lebih tinggi, seperti memenuhi janji yang diiklankan dalam pemasaran. Hal ini akan sangat meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap bisnis yang kita jalani.

Keempat, membedakan jenis produk

Rasulullah ﷺ selalu memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Selain itu, ia juga membedakan harga sesuai dengan kualitas produk yang dijualnya, tidak semua produk ia cocokkan tanpa melihat kualitasnya.

Dalam dunia pemasaran bisnis, kita mengenal banyak jenis produk yang bisa dijual. Tapi kenyataannya justru sebaliknya. Sebaliknya, kebanyakan dari mereka mencari keuntungan dari “cacat produk”. Hal ini pasti akan merugikan pembeli dan membuat mereka tidak mempercayai Anda lagi.

Itulah beberapa tips dan strategi yang biasa diterapkan dan dipahami oleh Nabi ﷺ lebih dalam, jelas bahwa dengan mengikuti ajaran dan sunnah beliau maka usaha yang akan dilakukan akan berhasil dan berkah dunia dan akhirat.

Bagikan: