
“Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.” Pepatah ini sering dibahas berkali-kali untuk semua orang berdasarkan sudut pandang masing-masing.
Meski begitu, secara logika semuanya membutuhkan uang.
Misalnya, jika ingin mengikuti kelas menulis premium dengan fasilitas berkualitas, tentunya kita juga perlu mengeluarkan uang untuk membayar, membeli seragam sekolah, membeli sayur, membeli baju, membeli snack, membeli produk makeup dan skin care menggunakan uang. Bahkan mengetahui, ada beberapa hal yang dapat kita gunakan tanpa uang.
Dalam hal ini diketahui bahwa uang adalah suatu benda berupa kertas atau uang logam dengan nilai standar nasional yang digunakan untuk bertransaksi barang atau jasa.
Oleh karena itu, bagi Generasi Z masih banyak yang belum bisa memaknai dan mengelola uang dengan baik.
Oleh karena itu, banyak anak Gen Z yang terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya sendiri, seperti
Itu. Literasi Keuangan Rendah.
Sebagian besar generasi muda Gen Z terjebak dalam lingkaran setan investasi curang yang kini sedang marak.
Investor mengkhawatirkan instrumen investasi yang seharusnya memberi kesan aman.
Nah, agar barang tidak hilang begitu saja, sebaiknya perkuat dulu beberapa literasi tentang bagaimana cara mencatat keluar masuk uang yang Anda miliki.
Setelah itu, Anda bisa memilih fitur investasi mana yang bisa Anda sesuaikan berdasarkan kemampuan dan kondisi keuangan Anda.
Termasuk dalam kategori risiko rendah, risiko sedang, atau bahkan risiko tinggi.
B. Sindrom Pembelian Impulsif.
Sekali lagi, membeli barang karena lucu, karena lucu, dan karena sudah tua. Hal-hal yang tidak perlu dibeli akhirnya dibeli juga.
Keadaan ini dapat terjadi karena pengelolaan pendapatan dan beban pendapatan yang kurang baik.
Jadi, sebisa mungkin, rencanakan pencapaian apa pun yang Anda inginkan atau apa yang disebut ‘sasaran keuangan’.
Pengumuman. Gesek ke bawah untuk melanjutkan
Contoh. Setahun dari sekarang, Desi ingin memiliki sepeda motor.
Untuk itu, Desi baru-baru ini menyisihkan 30% dari gaji normalnya agar sepeda impiannya bisa segera terwujud.
Tanpa memenuhi kebutuhan dasar lainnya.
w. Sulit untuk menyelamatkan.
Selalu menjadi orang yang impulsif saat berbelanja, dan tidak memiliki tujuan keuangan tertentu, itulah yang membuat ekonomi Anda sulit.
Memang, inflasi, yang mendevaluasi uang, meningkat karena aliran grafik mata uang yang berfluktuasi.
Bahkan dengan masalah seperti ini, berikut beberapa cara agar Anda tetap bisa berhemat sesuai kemampuan Anda. Sebagai?
1. Perkuat literasi keuangan terlebih dahulu.
Meski terlihat sepele, literasi keuanganlah yang bisa mencegah Anda terjerumus ke dalam pola perilaku investasi yang salah yang umum terjadi di Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang kompleks agar tidak terjadi kesalahan dalam analisis jenis investasi.
2. Mencatat dan merencanakan arus kas sehingga tercapai kebebasan finansial yang diinginkan.
Apakah bisa dilakukan secara manual, atau membutuhkan bantuan digital seperti aplikasi perencanaan keuangan yang tidak merepotkan dan dapat memudahkan Anda untuk melihat uang masuk dan keluar kemana-mana dan apa yang digunakan untuk membelinya.
3. Pastikan dana darurat Anda aman
Dana darurat berbeda dengan tabungan. Kalau tabungan sewaktu-waktu bisa diambil dalam waktu dekat.
Masih dipengaruhi oleh inflasi. Sementara itu, dana darurat merupakan simpanan yang dirancang untuk mengantisipasi ancaman, bencana yang terjadi secara tiba-tiba.
Agar tidak dirugikan oleh inflasi, sebaiknya simpan dana darurat melalui reksa dana emas dan pasar uang. Karena sifatnya yang cair dan pencairan yang cepat
4. Konsisten dalam berinvestasi
Membiasakan melawan nafsu untuk membelanjakan uang untuk keperluan yang tidak penting membutuhkan niat dan konsistensi yang kuat.
Nah solusi yang bisa anda lakukan untuk penabung pemula bisa dengan melakukan kampanye NADAPURI (menabung dua puluh ribu sehari).
Misalnya, bagi Anda yang seorang perokok, Anda bisa menyisihkan hingga 20 ribu untuk ditabung untuk ditempatkan di dana darurat atau diinvestasikan.
Atau mungkin jika Anda masih berstatus pelajar atau mahasiswa, Anda bisa menyisihkan uang jajan dari orang tua Anda atau mungkin yang sudah menjadi pekerja lepas, coba sisihkan 10% dari uang tersebut untuk diinvestasikan atau digunakan sebagai dana darurat.
Perlu Anda ketahui juga bahwa dana darurat dan investasi itu berbeda.
Sebenarnya keduanya dibuat untuk menyimpan uang, namun konteksnya berbeda berdasarkan jangka waktu penarikan uang yang telah ditentukan.